7 kiat sukses dalam belajar


Sobat teen blog, aku punya cara untuk sukses dalam belajar, dan sobat semua bisa mempraktikannya.

7 kiat sukses dalam belajar :
1. Niat.
2. Fokus dan konsentrasi.
3. Carilah tempat yang kalian anggap nyaman buat belajar.
4. Tanya kepada teman atau guru jika kamu menemui kesulitan.
5. Buatlah rangkuman dalam buku catatan kalian.
6. Luangkan sedikt waktu untuk mengulang materi yang diajarkan di sekolah, karena itu akan mempermudah kalian untuk mengingat materi tersebut.
7. Berdoa kepada Allah sebelum dan sesudah belajar, insyaallah akan meridhai apa yang kamu lakukan.

OK Sobat, selamat mencoba…..

cerpen


PAKSAAN YANG MENDIDIK
Sejak aku duduk dibangku SMA yang dulu aku impikan, kini aku merasa sikapku telah berubah. Aku yang dulu pendiam, kini harus lebih aktif karena lingkungan baruku. Untuk menjadi seperti itu, aku harus belajar dari teman-temanku, meskipun baru sedikit yang aku bisa. Aku merasa lebih disiplin sekarang.
Ditengah-tengah pelajaran Bahasa Indonesia, ketua kelas meminta izin untuk menyampaikan amanah yang didapatkannya. “Teman-teman, PASMAPRA akan mengadakan diklat. Seluruh anggota PASMAPRA diwajibkan ikut dan masing-masing kelas harus ada perwakilan 2 orang.”Ujar ketua kelas.
Ketua pun meminta wali kelas untuk memilih 2 orang untuk ikut serta dalam diklat tersebut. Wali kelas pun memilh anak demi anak, tapi mereka menolak dengan bebagai alasan. Aku yang tepat berdiri disamping wali kelas pun dipilih menjadi wakil kelas. Aku pun berusaha menolak, tapi tolakanku tak mampu membuat wali kelas memilih calon yang lain. Akhirnya aku dan temanku cewek yang dipilih menjadi wali kelas, aku pun berusaha untuk menerima keputusan wali kelas, meskipun karena paksaan. Tapi setelah aku tahu bahwa seseorang yang ku suka mengikuti diklat tersebut, aku merasa senang dan menjadi lebih semangat mengikuti diklat tersebut.
Hari yang ku nanti pun tiba, tepatnya siang hari setelah pulang sekolah aku dan teman-teman harus sampai di sekolah. Sebelumnya peserta diklat diizinkan pulang pada jam istirahat.
Salah seorang dari temanku bertanya, “Gimana acaranya nanti?”
“Tenang saja, kita nikmati saja diklat ini, hitung-hitung cari pengalaman.”Ujar aku sambil menepuk pundaknya.
“Ayo semua cepat berkumpul di aula atas untuk melaksanakan apel pembukaan.”Teriak salah satu panitia.
“Eh, ayo kita kesana!”Ajak aku kepada temanku.
“Teman-teman peserta diklat yang saya cintai, sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua atas kesediaannya mengikuti diklat ini. Sebelum apel dilaksanakan kamai akan memeriksa tas-tas kalian.”Ujar panitia kepada peserta sebagai pengawalan.
Tas kami pun satu persatu mulai diperiksa, ternyata banyak temanku yang membawa assesoris serta alat kosmetik terutama yang cewek. Panitia pun segera menyitanya dan akan dikembalikan esok hari setelah diklat ini selesai.
“Aduh, kasihan ya teman-temanku.”Ucapku dalam hati.
Sesaat setelah pemeriksaan tas, apel pun dimulai. Kami pun mengikutinya dengan khidmat. Setelah apel selesai, kami dipersilahkan untuk meletakkan barang-barang bawaan serta makan dan sholat.
Sore harinya kami mendapat materi dari panitia.”Aduh, tak kuat ku rasanya membuka mataku, ngantuk menyerangku.” Aku mencoba untuk tetap membuka mataku, meski sangat berat untukku. Setelah pemberian materi selesai, kami dipersilahkan istirahat sambil menunggu waktu magrib. Baru sebentar ku memejamkan mata, suara adzan memaksa kami tuk membuka mata, dan sejenak mengingat Sang Penguasa alam, Allah SWT.
“Aduh, kok sudah adzan sih, padahal aku masih ngantuk.”Ucapku dengan muka melas.
Dengan mata yang masih susah untuk ku buka, aku bergegas ke masjid untuk sholat.
‘Ya Allah, berilah hambaMu kekuatan agar tetap bisa mengikuti diklat ini.”Doaku dalam iringan dzikir.
Setelah sholat selesai, aku dan teman-teman bersiap-siap untuk melanjutkan acara berikutnya, yaitu pemberian materi.
“Dalam hitungan kesepuluh semuanya harus sudah ada di aula atas.”Teriak panitia dengan keras. Aku pun bergegas memakai sepatu dan langsung berlari menuju aula atas.
Disana, kami diberi materi tentang “PASKIB”. Aku pun tertarik untuk mendengarnya.
Gigitan  nyamuk yang menyerang tubuhku, tak mempengaruhi penglihatanku untuk tetap memperhatikan penyampaian materi. Setelah hampir 2 jam kami diberi materi, kami pun dipersilahkan istirahat.
Beberapa menit kemudian panitia teriak, “Dalam hitungan kesepuluh semuanya menuju aula besar dengan membea alat-alat makan serta makanan yang telah kalian bawa dari rumah.” Kami semua pun mengambil peralatan makan dan berlari menuju aula besar.
Aku tak sadar kalau orangtuaku tidak bisa mengantar makanan untukku.
“Aduh, Gimana nih?, apa yang akan ku makan.”Ucapku gelisah.
“Ayo semua makan makanannya.”Ucap panitia. Aku pun hanya bisa melihat temanku yang sedang  makan dengan lahap makanan yang mereka bawa.
“Hey, kenapa kamu tidak makan.”Tanya Adit kepadaku sambil menghentikan makannya.
“Aku nggak dikirimin orangtuaku.”Jawabku dengan muka melas.
“Ini aku kasih punyaku.”Sambil memindahkan beberapa sendok nasi dan setengah lauknya. Aku pun terharu dan hampir menjatuhkan air mataku.
“Terima kasih banyak ya!”Ucapku pada Adit.
“Sama-sama, sekarang makan ya,!”Jawab Adit sambil mengelus-elus pundakku.
Setelah makan selesai, kami disuru panitia untuk segera tidur, karena tengah malam nanti akan diadakan jelajah malam. Aku pun bergegas tidur, tapi aku tak bisa memejamkan mataku. Gigitan nyamuk terus menusuk kulitku.
“Kok banyak nyamuknya sih.”Keluhku dalam hati.
Setelah 1 jam aku mencoba untuk memejamkn mata, akhirnya aku tertidur juga.
Beberapa jam kemudian teriakan panitia terdengar,”Ayo bangun-bangun, waktunya jelajah malam.” Dengan muka yang masih mengantuk aku langkahkan kakiku ke lapangan basket.
“Gimana tidurnya teman-teman.”Tanya panitia.
“Kurang Kak,!”jawab teman-teman kompak.
“Ok, nggak apa-apa, tetap semangat.”Sambil mengangkat tangannya.
“Sebelum jelajah malam dilaksanakan, saya akan menyampaikan peraturan-pertaurannya. Setiap peserta akan diberi ID card dengan nama samaran yang telah tertulis dalam ID card tersebut. Peserta tidak boleh mengatakan nama aslinya jikalau nanti ditanyai panitia.
Disamping ID card peserta juga akan diberi lilin, lilin tersebut harus menyala dalam perjalanan kalian dan tidak bolen mati.”Ujar panitia.
Ketika panitia akan melanjutkan menympaikan panitia, tiba-tiba terdengar teriakan dan jerit tangis dari ujung barisan.
“Ada apa?ada apa?”Tanyaku pada salah satu temnku.
Ketika ku menolehkan mataku, ternyata teman sekelasku khoirun kesurupaan. Kami semua pun panic dan binguung harus bagaimana.
“Kita bawa saja ke masjid.”Ujar salah satu panitia memberi usul.
“Ya, ayo!”Jawab panitia lain sambil mengangkat Khoirun.Khoirun pun diangkat menuju masjid. Pantia pun menyuruh kami untuk tenang, dan mendoakannya agar cepat sembuh.
“Teman-teman, mari kita doakan Khoirun supaya diberi kesembuhan oleh Allah, berdoa mulai.”Ujar panitia sambil menundukan kepalanya.
“Ok, kalau begitu saya akan melanjutkan membacakan peraturannya. Semua peserta harus melewati rute yang telah ditentukan, yaitu dari sekolah ke arah timur, sampai lampu merah terus ke timur dan berhenti sampai Perumahan Meri. Diasana kalian akan ditanya nama kalian, tapi ingat jangan sampai kalian menyebutkan nama asli kalian. Kalian hanya perlu menjawab nama yang telah tertulis dalam ID card kalian.Mengerti semua?”
“Mengerti Kak?”Jawab peserta kompak.
Setelah membaca doa kami pun berangkat menuju tempat yang telah ditentukan. Aku mendapatkan nama samaran “enake yo opo”.
Lilin pun degera kami nyalakan. Ditengah-tengah perjalanan tiba-tiba lilin ku mati tertiup hembusan angin. Aku pun segera menyalakannya lagi.
Setelah sampai ditujuan, kami pun satu per satu ditanyai namanya. Setelah kami menunngu kini tiba giliranku untuk ditanyai namanya.
“Ya Allah, giliranku sekarang, berilah hambaku kekuatan Ya Allah.”Sambil mengelus-elus dadaku. Langkah demi langkahku penuh dengan ketakutan bak dikejar serigala.Tapi ku mencoba untuk tetap tenang.
“Siapa namamu.”Tanya panitia dengan suara marah.
Aku pun langsung menjawab,”Enake yo opo.”
“Lho, emang orangtuamu ngasih nama kamu seperti itu. Jadi ku boleh panggil kamu sesuka ku dong.”Ujar panitia.
“Ya.”Dengan suara lantang..
“Hey pengecut, siapa namamu.”Tanya panitia kedua kalinya.
Aku semaikin panik dan hampir menyebutkan nama asliku, teringat dalam pikiranku bahawa ku tidak boleh menyebutkan nama asliku apapun yang terjadi.
Dengan keras ku menjawab,”Enake yo opo.” Setelah beberapa menit ditanyai akhirnya ku berhasil dalam babak ini.
Setelah beberapa jam disitu, akhirnya acara pun selesai.”Alhamdulillah.”Syukurku dalam hati. Kami pun kembali ke sekolah. Ditengah-tengah perjalanan ke sekolah, kami dikagetkan dengan hilangnya oktavia, salah satu teman kami. Masalah satu belum selesai timbul masalah baru. Panitia saling menyalahkan satu sama lain, hingga terjadi tonjok menonjok antar keduanya.
“Kenapa jadi seperti ini?”Ujar salah satu  peserta.
“Tenang teman-teman, jangan panik. Kita cari bersama-sama.”Ujar salah satu panitia untuk meredam kepanikan kami.
Kami pun bersama-bersama mencari teman kami, berjam-jam kami mencari tapi tidak ada hasilnya. Ditengah-tengah pencarian kami, salah seorang panitia datang dan memberi kabar bahwa oktavia pulang dijemput orang tuannya.Kami pun lega mendegar berita yang dapat menghentikan langkah kami dalam pencarian. Kami pun bergegas kembali ke sekolah.
Pagi pun telah membangunkan kami dari kegelapan, seakan hari baru untuk lebih baik dan melupakan pristiwa yang kemarin terjadi.
“Pagi Kak,”Sapaku kepada salah satu panitia.
“Teman-teman, hari ini adalah hari terakhir diklat ini. Hari ini kita akan mengadakan outbond untuk mencari emblem merah putih kalian, sebagai bukti baahwa kalian telah mengikuti diklat ini.”Ujar panitia.
“Ok, sekarang kalian bersiap-siap terlebih dahulu. Dalam waktu 10 menit kalian harus ditengah lapangan.”Tambahan panitia.
Kami pun segera bersiap-siap dan langsung menuju lapangan.
“Sebelum kita mulai outbond ini alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa mulai.”Ujar panitia sambil menundukkan kepalanya
“Selesai, saya akan menjelaskan peraturannya. Emblem kalian telah disebarkan kepada seluruh panitia. Dan kalian harus mencari dimana kalian berada. Mengerti semua?”
“Mengerti Kak.”Jawab peserta kompak.
 Aku pun mulai mencari emblemku, satu persatu kakak panitia ku datangi dan kutanyai apakah ada emblemku. Tapi tak jua ku temukan.
Mataku tertuju kepada kakak yang berdiri didepan XII-IA 3. Aku pun langsung bergegas menghampirinya. “Kak, apa ada emblemku?”Tanya ku dengan muka melas.
“Siapa namamu”Tanya kakak itu.
“Rizal, Kak.”Jawabku.
“Oh ada, tapi jika kamu ingin mendapatkan emblem ini ada syaratnya. Kamu harus nembak kakak panitia cewek 5 orang. Gimana kamu setuju?”
“Apa nembak, seumur hidupku ku nggak pernah nembak cewek.”Jawabku kaget.
Aku pun mulai berpikir, “ Ini adalah jalan satu-satunya agar aku dapat mendapatkan emblemku.”Bisikku dalam hati.
“Ya udah Kak, aku mau.”Jawabku. tanpa membuang waktu aku pun segera menghampiri satu persatu kakak panitia cewek dan langsung menyatakan perasaanku. Tak membutuhkan waktu lama, aku pun berhasil menyatakan perasaanku. Aku pun berlari menuju kakak tadi untuk memberitahu bahwa ku telah berhasil menyatakan perasaanku.
Kakak itu pun langsung merogok sakunya dan memberikan emblem itu kepadaku.
“Terima kasih, Kak.”Ujar ku kepada kakak tersebut.
“Ya sama-sama.”Jawab kakak itu.
Setelah acara outbond seleasai, kami pun bergegas kembali ke kelas untuk menata barang-barang kami dan bersiap-siap pulang.
“Hore habis ini pulang!”Aku kegirangan. Sebelum pulang, kami melaksanakan apel penutupan terlebih dahulu.
“Ayo semua berkumpul di tengah lapangan untuk  melakasanakan apel penutupan.”Ujar seorang panitia pada kami.
Kami pun membawa barang-barang kami dan menuju lapangan. Kurang lebih setengah jam kami melaksanakan apel penutupan. Sebelum kami pulang kami bersalaman terlebih dahulu kepada panitia. Meski capek, tapi aku senang mengikuti kegiatan ini dan aku mendapat pengalaman baru.

puisi


CANTIK
Betapa elok wajahmu
Ketika seorang pujangga melihatmu
Sedikitpun mata tak bertengok arah
Dan hampir saja terlupa semua
Saat bayangan itu datang
Merasuk dalam pikiran yang kosong
Terbesit suatu impian
Akankah aku dapat melihat wajah itu
Untuk selamanya
Hanya untukku
Dan hanya untukku
Bila itu nyata
Aku akan melihatnya
Di setiap sisa hembusan nafasku
Dan apabila itu khayalanku
Maka terhentilah mataku
Untuk melihatnya
Bak sayap kupu yang patah sebelah
Itulah ibarat perasaanku
Ketika wajah itu sirna
Dan tak akan kembali
Kembali menahan mataku
Untuk tak berkedip sedikitpun